Bank Indonesia Gandeng UMKM Binaan Bank NTT Selama ETF 2022

  • Whatsapp
Foto: lintasntt.ccom

Kupang – Exotic Tenun Fest (ETF) 2022 yang digelar Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur telah berakhir Minggu (14/8/2022).

Selama kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, BI mengandeng puluhan UMKM Binaan Bank NTT yang didatangkan dari seluruh kabupaten dan kota.

Read More

Para pelaku UMKM memamerkan hasil karya intelektual mereka yakni tenun dengan berbagai motif, kriya, kuliner, dan kopi. Kegiatan dengan tema Tenun NTT Goes to Cities Life ini merupakan bagian dari dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang diluncurkan Presiden Jokowi pada 2020.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan kegiatan ini untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai produk NTT yang tentu tidak kalah dengan produk dari daerah lainnya.

“Kegiatan ini tidak hanya mendorong UMKM kita naik kelas, tetapi juga memperluas jangkauan, ada e-commerce blibli, bukalapak, dan tokopedia sehingga pemasaran lebih luas,” ujar I Nyoman Ariawan Atmaja.

Kegiatan ini juga dirangkai dengan Business Matching Meeting atau pertemuan bisnis antara produsen dengan offtaker yang bertujuan untuk mendorong agar UMKM terus berproduksi dengan kualitas dan juga kuantitas yang memadai.

Business Matching ini sangat penting karena menurut Ariawan, jika UMKM sudah terlibat dalam kegiatan ekspor, tentu akan berdampak terhadap perekonomian daerah, tetapi persoalan yang timbul adalah masalah kontinuitas produksi. “Karena itu, Exotic Tenun Fest 2022 kita perluas dengan ekspor,” jelasnya.

Provinsi Mahal

Saat membuka kegiatan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat mengatakan, tenun ikat karya perempuan dari perdesaan NTT memiliki harga yang sangat mahal. Pasalnya, tenun yang dihasilkan lagi merupakan karya kerajinan tangan tetapi karya intelektual.

Mereka menenun dengan tidak mengandalkan pola yang dibua sebelumnya, tetapi mengandalkan intelektual. “Dulu orang tahu NTT sebagai provinsi miskin, sekarang tidak lagi, orang kenal dengan provinsi mahal,” ujarnya.

Viktor mengaku, belum lama ini membeli sebuah kain tenunan asal Sumba yang telah berusia 50 tahun seharga Rp25 juta. Karena harganya mahal, banyak warga mengatakan, gubernur tertipu “Saya bilang tidak apa apa. Karena nanti saya jual kembali dengan harga Rp 250 juta,” ujarnya.

Bukan hanya di Sumba, di seluruh kabupaten dan kota di NTT, harga kain tenun sangat mahal, mencapai jutaan rupiah, bahkan puluhan juta seperti di tenunan asal Rote, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Belu, Flores, Alor, Lembata, Sabu Raijua dan wilayah lainnya.

Dia mengatakan, mahal atau murahnya sebuah produk tergantung dari narasi intelektual yang membuat orang menjadi paham. Hal yang sama juga harus dinarasikan pada produk UMKM lainnya.

Sebagai provinsi yang mahal, tambahnya, baru-baru ini banyak orang ribut karena. Bahkan satu Indonesia ribut karena penaikan harga tiket masuk ke Pulau Padar dan Pulau Komodo di Taman Nasiona Komodo, Manggarai Barat.

“Kita mampu mengubah perspektif bahwa NTT tidak murah. Di sini tempat sangat mahal. Itu kita harus buat sendiri karena kalau kita tidak menghormati diri sendiri siapa yang mau menghormati,” kata Laiskodat.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho menandatangani perjanjian kerjsama dengan sejumlah offtaker untuk menunjang pengembangan UMKM binaan agar mempunyai pasar yang pasti dapat menunjang peningkatan ekonomi, seperti tokopedia. memperbesar skala usaha UMKM.

“Tokopedia menjadi media e-commerce dan koneksi dengan UMKM yang sudah layak masuk pasar online,” kata Riwu Kaho. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.

1 comment