Jakarta – Film ‘Atambua 39 Derajat Celcius’ (Riri Reza, 2012) tayang termasuk dalam enam film Indonesia yang tayang di Locarno Film Festival 2020.
Lima film lainnya yakni Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho-2018), dan What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya-2013), Kado (Aditya Ahmad-2018), Tak Ada yang Gila di Kota Ini (Wregas Bhanuteja-2019), dan On Friday Noon (Luhki Herwanayogi-2016).
Locardo Film Festival tahun ini akan tetap digelar secara daring dan luring. Ada deretan film Indonesia yang tayang dalam program Open Doors secara daring. Open Doors Screenings menjadi program yang mengeksplorasi film dari wilayah tertentu di dunia.
Selama 2019 hingga 2021, program ini mengeksplorasi beragam film Asia Tenggara dan Mongolia. Dan tahun ini, akan ada beberapa kurasi film fitur dan film pendek dari Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Filipina yang ambil bagian dalam festival itu.
Program Open Doors ditujukan untuk mempromosikan talenta muda baru, melalui film pendek mereka. Selain itu, untuk menelusuri awal karier penyutradaraan dari sineas yang kini juga sudah dikenal namanya di dunia internasional.
Deretan film yang akan diputar secara worldwide lainnya, yaitu film asal Filipina Apparition (Apparisyon), Clash (Engkwentro), Six Degrees of Separation from Lilia Cuntapay, The Masseur (Masahista), Babylon, dan Mundo. Film asal Malaysia Sell Out, High Way, Songlap, Liar Land, dan The Ruby.
Sementara untuk film asal Myanmar akan diputar film ialah Tender Are the Feet, Listen, dan Void. Untuk pertama kalinya, dalam program ini akan ada kompetisi dan pemenang yang berhak menerima hadiah CHF1500 (Franc Swiss) untuk film pendek, setara dengan Rp23 juta lebih. Sedangkan untuk film fitur CHF2000 (Rp31,6 juta).
“Film-film dalam line-up Open Doors Screenings adalah bagian dari inisiatif Locarno 2020 – For the Future of Films. Mereka berdiri di samping kegiatan Open Doors lainnya, inisiatif Locarno Pro yang, pada tahun krisis global ini tetap aktif secara online berkat dukungan tak ternilai dari mitra Eropa dan internasional dan kerjasama dengan festival dan organisasi lokal, menawarkan dukungan nyata pembuatan film independen dari wilayah yang bersangkutan,” bunyi keterangan penyelenggara dalam situs resmi mereka. (sumber: MI)