Kupang – Perempuan pelaku usaha mikro di wilayah Nusa Tenggara Timur, kini memiliki akses modal kerja yang lebih luas.
Amartha Financial telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp1 triliun kepada lebih dari 230.000 pelaku UMKM perempuan di wilayah Nusa Tenggara, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT).
Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat inklusi keuangan dan ketahanan ekonomi di tingkat akar rumput.
Kebijakan tersebut dipaparkan dalam media gathering di Hotel Harper Kupang, Rabu (29/10/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Bank Indonesia (BI) dan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTT, yang turut membahas upaya memperkuat digitalisasi dan akses permodalan bagi pelaku UMKM di daerah.
Vice President of Public Relations Amartha Arumi Supit mengatakan, penyaluran modal kerja ini menjadi langkah strategis dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya bagi perempuan pelaku usaha mikro di desa.
“Modal kerja berperan penting dalam memperluas kapasitas usaha sekaligus memperkuat daya tahan ekonomi keluarga. Melalui layanan keuangan digital, kami ingin menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan di tingkat desa,” ujarnya.
Selain pembiayaan, Amartha juga mendorong digitalisasi ekonomi desa melalui platform AmarthaFin yang telah menjangkau 40.000 masyarakat desa.
Perusahaan turut menurunkan 730 tenaga lapangan untuk melakukan pendampingan langsung kepada mitra usaha di berbagai kabupaten dan kota di Nusa Tenggara.
Sejak berdiri pada 2010, Amartha telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp35 triliun kepada lebih dari 3,3 juta pelaku UMKM perempuan di Indonesia, dengan lebih dari 60% penerima berada di luar Pulau Jawa.
Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengawasan Koperasi Dinas Koperasi dan UKM NTT Philips Bere menilai, kemitraan antara lembaga pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci memperluas akses modal bagi pelaku UMKM di daerah.
“Sebagian besar pelaku usaha kecil di NTT memiliki potensi besar, namun terkendala permodalan. Dukungan dari lembaga seperti Amartha membuka peluang baru, terutama bagi perempuan di wilayah pedesaan yang sulit mengakses pembiayaan formal,” ujarnya.
Philips menyebutkan, sektor UMKM memiliki peran strategis dalam penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan pemerataan ekonomi berbasis potensi lokal, seperti pariwisata, pertanian, perikanan, serta kerajinan tenun khas NTT.
Dari sisi pembinaan, Analis Yunior UMKM Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT Jose Shariati J, mengungkapkan, sampai 2025 terdapat 54 UMKM binaan BI di sejumlah wilayah, terutama di sektor kuliner dan pariwisata.
Program pembinaan dilakukan melalui pendekatan klaster ekonomi, mencakup ketahanan pangan, ekspor, pariwisata, dan produk unggulan daerah.
“Pendekatan klaster membantu memetakan kebutuhan pembiayaan secara lebih spesifik sehingga pendampingan menjadi lebih efektif,” jelasnya.
Kolaborasi antara Amartha, Bank Indonesia, dan Dinas Koperasi NTT menjadi momentum penting untuk memperkuat ekosistem UMKM berbasis komunitas di Nusa Tenggara Timur.
Selain memperluas akses modal kerja, sinergi ini diharapkan mempercepat transformasi digital UMKM, meningkatkan literasi keuangan, dan mendorong kemandirian ekonomi perempuan di tingkat desa.
Dengan dukungan pembiayaan berkelanjutan, pendampingan digital, dan sinergi kelembagaan, UMKM di Nusa Tenggara Timur diharapkan tumbuh lebih tangguh, kompetitif, dan menjadi tulang punggung perekonomian daerah. (*/paul)














