Kupang–Aktivitas kegempaan Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, meningkat selama enam hari terakhir, yang mengakibatkan status gunung tersebut dinaikkan dari level normal menjadi waspada.
Pengingkatan status Gunung Ile Lewotolok sudah berlangsung sejak Sabtu (7/10) pukul 20.00 Wita.
Sesuai catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), selama 1-6 Oktober 2017, terjadi 1.390 gempa hembusan, 9 kali gempa tremor non-harmonik, 48 kali gempa vulkanik dangkal (VB), 198 kali gempa vulkanik dalam (VA), dan 19 kali gempa terasa, dan 43 kali gempa tektonik lokal.
Sedangkan selama 22-30 September 2017, tercatat 16 kali gempa vulkanik dangkal, 157 kali gempa vulkanik dalam, 11 kali gempa terasa, dan 72 kali gempa tektonik lokal. Selain itu, teramati asap putih dengan ketinggian sekitar 50 meter di atas kawah, bertekanan lemah dan intensitas tipis hingga sedang.
“Kami sudah minta masyarakat yang bermukim di sekitar gunung tetap tenang dan tidak panik karena status gunung Ile Lewotolok baru naik satu level,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus seperti dikutip Media Indonesia di Kupang, Minggu (8/10).
Dia menyebutkan, tim dari BPBD Kabupaten Lembata tetap siaga menyusul naiknya status gunung tersebut. Pasalnya, menurut dia, permukiman penduduk menyebar di seluruh kaki gunung.
Gunung Ile Lewotolok memiliki potensi bahaya antara lain lontaran batu (pijar) dan hujan abu deras, longsoran atau guguran material lapuk dari bagian puncak gunung yang merupakan bagian atas intrusi yang diperkirakan mempunyai volume sekitar 400.000 kubik mengarah ke tenggara.
Awan panas yang utamanya mengarah ke sektor tenggara dan timur, dan gas vulkanik yang berbahaya yakni CO2, CO, dan SO2.
Gunung setinggi 1.423 meter ini meletus terakhir pada 1920. Adapun kegempaan Gunung Ile Lewotolok sudah terpantau sejak 2 Januari 2012 yang mengakibatkan status gunung itu dinaikkan menjadi Waspada, dan kemudian ditingkatkan lagi menjadi siaga. Namun, status gunung tersebut diturunkan menjadi normal pada 17 Oktober 2013. (sumber: media indonesia/palce amalo)