50 Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kupang Dilatih Program Gizi Mikro

  • Whatsapp
Pelatihan Pengelolaan Program Gizi Kupang/Foto: dok Nutrition International

Kupang – Nutrition International dan Save the Children, bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation), menggelar pelatihan pengelolaan program gizi mikro bagi tenaga kesehatan di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (30/3) sampai Jumat (1/4).

Pelatihan melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) ini diikuti 50 tenaga kesehatan dari 17 puskesmas. Mereka dilatih oleh staf dinas kesehatan setempat, meliputi suplementasi tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil, suplementasi vitamin A, dan pengobatan diare pada balita dengan oralit dan zink.

Read More

Pelatihan ini bertujuan mengembangkan kapasitas staf puskesmas, khususnya bagian kesehatan keluarga dan gizi, serta bagian penanganan diare dalam bidang konseling maupun manajemen program gizi mikro.

Maternal and Child Nutrition Advisor dari Nutrition International dokter Tutut Sri Purwanti mengatakan, proyek BISA bertujuan meningkatkan kesehatan dan gizi remaja perempuan dan laki-laki, ibu hamil, bayi, dan anak-anak dalam lingkup 1.000 hari pertama kehidupan.

Indonesia memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30,8% pada 2018 dan telah menurun bila mengacu pada data hasil Studi Status Gizi Indonesia terakhir. Terkait faktor penentu stunting, pemerintah telah menetapkan target penurunan stunting menjadi sebesar 14% pada 2024, selain itu prevalensi anemia dan kekurangan energi kronis pada kehamilan juga ditargetkan untuk turun.

“Proyek BISA ini dirancang untuk berkontribusi pada tujuan pengurangan stunting nasional dan khususnya di kabupaten dampingan, salah satunya di Kabupaten Kupang,” ujar dr. Purwanti.

Salah satu fokus proyek BISA adalah mengenai gizi wanita. Status gizi wanita penting untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, serta untuk tumbuh kembang bayi mereka. “Diet bergizi, pelayanan praktik gizi, dan gizi yang optimal sangat penting untuk mencegah segala bentuk malnutrisi sebelum, selama kehamilan, dan saat menyusui,” tambahnya.

Dokter Purwanti menjelaskan bahwa wanita lebih cenderung mengalami kehamilan yang sehat, tidak mengalami komplikasi yang mengancam jiwa jika bebas dari segala bentuk kekurangan gizi saat hamil, melakukan diet bergizi, memiliki akses layanan gizi penting, dan menerapkan praktik pola makan yang optimal selama kehamilan.

“Ibu dengan gizi yang baik akan menurunkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sehingga membantu untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya pada anak usia dini. Setelah kelahiran, perawatan gizi juga sangat penting untuk memenuhi gizi ibu saat menyusui dan untuk mengembalikan simpanan gizi tubuh mereka,” tuturnya.

Pelatihan peningkatan kapasitas melalui konseling gizi dapat membantu wanita dan anggota keluarganya membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk meningkatkan asupan gizi. Hal ini termasuk pengambilan keputusan dan tindakan tentang jenis, keragaman dan jumlah makanan yang wanita harus makan untuk memenuhi kebutuhan diet, jumlah aktivitas fisik yang dia butuhkan, dan konsumsi suplemen makanan yang diperlukan.

“Banyak wanita tidak menerima konseling gizi berkualitas, meskipun layanan ini direkomendasikan dalam komponen pelayanan kesehatan. Pelatihan untuk memberikan peningkatan kapasitas tentang bagaimana meningkatkan cakupan, kualitas dan pemerataan konseling gizi ibu dan pengasuh bayi atau balita,” kata dokter Purwanti.

Dia menegaskan konseling idealnya mencakup remaja putri dan wanita usia subur dalam tiga periode yaitu, prakonsepsi (bagi mereka yang merencanakan kehamilan), kehamilan, dan setelah melahirkan (setidaknya enam bulan setelah melahirkan). Namun untuk pelatihan kali ini, materi konseling berfokus pada masa kehamilan dan masa pengasuhan bayi/balita.

“Konseling adalah salah satu bentuk komunikasi antar pribadi yang membantu mempengaruhi individu untuk mengadopsi dan memelihara praktik positif. Konseling gizi ibu, bayi, dan balita merupakan salah satu proses interaktif antara penyedia layanan, seorang wanita, dan keluarganya selama informasi tersebut dibagikan dan dukungan diberikan agar wanita tersebut, pengasuh, dan keluarganya dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memperbaiki gizi dirinya dan anaknya,” jelasnya.

Dia berharap selama pelatihan peserta memperoleh penyegaran ilmu sehingga memperkaya pengetahuan untuk peningkatan dan pengembangan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas dan kader posyandu di desa masing-masing. Pelatihan juga diharapkan dapat meningkatkan cakupan dan mutu penyuluhan gizi sebelum dan selama kehamilan, menyusui, dan pengasuhan anak sampai dengan 2 tahun serta 5 tahun.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dokter Tjokorda Istri Sri Febrian S, menegaskan tentang pentingnya pendataan dan analisis data yang baik oleh tenaga kesehatan di lapangan. Dia mengatakan, Kabupaten Kupang menargetkan untuk menurunkan angka stunting sebesar 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target ini diperlukan kerja keras dan kerja sama lintas sektor.

Sejauh ini pelayanan posyandu telah berjalan dengan baik, seperti penimbangan berat untuk bayi balita, namun yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan gizi di mana data tersedia namun tidak ada asesmen dan analisa data. Contohnya, tenaga kesehatan tidak hanya memasukkan data hasil timbangan anak, namun perlu juga menganalisa anak-anak yang timbangannya tidak naik dalam bulan berjalan.

“Dengan analisa tersebut dapat diketahui anak mana yang status gizinya buruk, gizi kurang dan seterusnya. Dari situ dapat ditelusuri penyebabnya, apakah pola makan yang salah, atau sanitasi yang tidak bersih. Selanjutnya perlu sweeping dengan mengajak masyarakat datang ke posyandu,” tambah dr.Febrian.

Dokter Febrian juga menekankan agar pemberian TTD pada ibu hamil perlu terus diperhatikan karena masih ada ibu hamil yang tidak dapat TTD. Gizi ibu hamil pun harus diperhatikan, dan ibu hamil tidak boleh mengalami anemia, dan jika Hb (hemoglobin) turun di bawah 8 g/dL, maka itu mempertaruhkan dua nyawa.

Terkait dengan cakupan vitamin A di Kabupaten Kupang sudah mencapai 97%, namun tenaga kesehatan harus tetap waspada karena meskipun bukan lagi merupakan salah satu indikator percepatan penurunan stunting, pemberian vitamin A tetap penting untuk meningkatkan imunitas balita sehingga mencegah diare dan pneunomia.

Dokter Febrian mengharapkan peran aktif peserta selama pelatihan karena pengetahuan yang diperoleh sangat berguna bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil dan balita di wilayah masing-masing. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Nutrition International untuk komitmen dalam mendukung upaya percepatan penurunan angka stunting melalui program BISA tersebut.

Pelatihan ini dilakukan secara daring dan luring, dan peserta dibagi ke dalam dua kelas yang masing-masing terdiri dari 25 orang. Semua peserta, narasumber, dan panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat termasuk persyaratan hasil rapid test antigen yang negatif. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.