122.000 Babi di NTT Mati Akibat Virus ASF, Peternak Rugi Ratusan Miliar Rupiah

  • Whatsapp
Penyebaran dan Penularan Virus ASF

Kupang – Serangan virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika telah merenggut nyawa sedikitnya 122.000 ternak babi di NTT.

Kadis Peternakan NTT, Johanna Lisapaly memperkirakan babi mati akibat virus tersebut lebih dari angka yang dilaporkan. Namun, sejak Juli 2022, tidak ada lagi laporan kematian babi akibat virus ASF

Read More

Lisapaly mengatakan, kerugian yang diderita peternak diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Pemerintah Provinsi telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalain untuk atasi penyebaran Virus ASF tersebut.

Pada Senin (25/7), Dinas Peternakan NTT menggelar Kampanye Kesadaran ASF dan Penyakit Hewan Menular Lainnya dalam Rangka Mendukung Pemulihan Sektor Babi di daerah itu. “Kegiatan hari ini untuk membangkitkan kembali industri peternakan di NTT,” jelasnya.

Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengajak masyarakat untuk kembali beternak babi. “Jangan takut, apa saja kita tidak boleh takut, waspada boleh, dan kita harus mencari jalan keluarnya,” ujarnya.

Menurutnya, virus ASF sudah mulai dikendalikan karena peran penyuluh dan berbagai kebijakan pemerintah. Saat ini masyarakat mulai paham tentang langkah-langkah yang dilakukan agar ternak babi terhindar dari virus ASF.

“Saya menghimbau kepada masyarakat NTT, mulai sekarang dengan kegiatan yang mulai normal, mari kita pelihara babi seperti biasa lagi. Karena penyakit ASF bisa ditangani. Pemerintah pasti cari jalan keluar. Mari kita mulai bangkit, mari kita pelihara babi,” ajak Nae Soi.

Bagi masyarakat NTT, babi memiliki peran strategis bukan hanya untuk kepentingan ekonomis, melainkan juga dalam struktur sosio kultural masyarakat. Tanpa babi, berbagai upacara adat bisa dibatalkan. (*/mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.