Prananda Paloh Ajak Pemilih Milenial Tidak Golput

  • Whatsapp
Prananda Paloh saat memberikan Kuliah Umum di Universitas Nusa Cendana, Jumat (1/12). Foto: lintasntt.com

Kupang–Anggota Komisi I DPR Prananda Surya Paloh mengajak pemilih milenial di Nusa Tenggara TImur (NTT) tidak golput pada pemilu 2019.

“Kalau golput, kita tidak punya wadah atau sarana untuk menyampaikan solusi atau kritik,” kata Prananda saat memberikan kuliah umum ‘bertajuk Peran Strategis Pemuda Dalam Menjaga Keutuhan NKRI’ bagi 2.500 mahasiswa di Universitas Nusa Cendana Kupang, Jumat (30/11/2018).

Read More

Dia menyebutkan pemilih milenial di Pemilu 2019 sekitar 85 juta orang, 5 juta orang di antaranya berada di NTT dan Bali, dan 85% mengakses internet. Pemilih tersebut tengah menghadapi persoalan kompleks yang disebabkan menguatnya berbagai isu seperti isu agama lewat media sosial yang menarik simpati generasi milenial tersebut.

Di sisi lain menurut Prananda, kelompok milenial tidak memiliki loyalitas terhadap salah satu calon, dan kurang peka terhadap politik sehingga mereka kadang melontarkan kritik tanpa arah. Kondisi seperti ini yang kemudian melahirkan kelompok pemilih tidak loyal (swing voters).

Prananda juga mengingatkan mahasiswa agar tidak terjebak dalam politik indentitas yang memainkan isu agama menggunakan media digital seperti terjadi pada kampanye pilkada DKI Jakarta. “Karena itu jadilah pemilih rasional, melek politik, gunakan media sosial secara bijak dan tidak terjebak hoax,” ujarnya.

Solusi lain yang Prananda bagikan kepada mahasiswa ialah tidak melakukan pendekatan primordialisme secara berlebihan, serta tetap menjaga pancasila sebagai pedoman dan tatanan berbangsa dan bernegara.

Prananda yang didampingi Ketua DPW Garda Pemuda Nasdem NTT Bobby Tinung Pitoby menyebutkan dalam konstentasi demokrasi, partai politik tidak memiliki peran mengawal keberagaman dan persatuan.

Namun parpol dapat menggunakan formula catch all party yang dinilai idela dalam menghadapi pemilih yang heterogen. Formula ini megnharuskan parpol merekrut seluas-luasnya massa pemilih termasuk mampu menampung keberagaman pandangan politik. “Semua gagasan dan konsep diterima dan itulah kebhinekaan Indonesia,” katanya.

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.