NTT Terancam Tidak Penuhi Stok Daging Sapi Nasional

  • Whatsapp
Foto Bersama Rektor dan Pejabat Undana bersama Ketua Umum Inkud sesuai penandatanganan Nota Kesepahaman Bidang Pengembangan Lahan Kepulauan khusus perbaikan bebit dan pakan sapi/Foto: Gamaliel
Foto Bersama Rektor dan Pejabat Undana bersama Ketua Umum Inkud sesuai penandatanganan Nota Kesepahaman Bidang Pengembangan Lahan Kepulauan khusus perbaikan bebit dan pakan sapi/Foto: Gamaliel

Kupang—Lintasntt.com: Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) Herman Yoseph Loli Wutun mengatakan kualitas sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menurun selama 20 tahun terakhir.

Kondisi seperti ini berdampak terhadap tidak tercapainya daerah ini dalam memenuhi stok daging sapi nasional seperti yang diharapkan pemerintahan Jokowi-JK.

Herman Mengatakan itu kepada wartawan seusai menandatangani Nota Kesepahaman Bidang Pengembangan Lahan Kepulauan khusus perbaikan bebit dan pakan sapi bersama Rektor Universitas Nusa Cendana Frederik Benu di Kupang, Jumat (10/7).

Ia mengatakan periode 1970-1980, berat sapi hidup asal NTT yang dikirim ke Pulau Jawa memiliki berat antara 400-500 kilogram (kg).

Namun mulai 1990an, berat ternak menurun. Sejak itu ternak yang dikeluarkan hanya dengan berat badan berkisar 250-300 kilogram.

“Sekarang  sangat sulit sekali kita mendapatkan sapi yang beratnya sampai 400 kilogram sehingga sapi dari NTT kalah sapi daerah lain yang cukup pesat perkembangan peternakan,” ujarnya.

Selain itu setiap sapi yang diantarpulaukan tersebut rata-rata mengalami penyusutan berat badan sampai 10 kilogram. Pasalnya selama dalam pelayaran maupun ketika masih berada di karantina hewan, hanya diberi makan batang pisang dan rumput kering.

Ia mengatakan persoalan yang paling serius ialah breeding (pembibitan) sapi yang membuat sapi-sapi menjadi kerdil sehingga sapi yang diantarpulaukan hanya sapi kecil.

Sapi Timor di Persawahan Oebufu, Kupang. Foto: Gamaliel
Sapi Timor di Persawahan Oebufu, Kupang. Foto: Gamaliel

“Keterbatasan pakan ternak di NTT membuat berat badan sapinya naik hanya 0,3 kilogram per hari karena petani hanya mengandalkan pakan yang tidak bergizi yakni daun hijau dari Lamtoro,” ujarnya.

Rektor Undana Frederik Benu mengatakan kerja sama tersebut adalah sebuah terobosan baru yang dilakukan Undana terutama pengembangan lahan kering.

Dari segi kapasitas ilmu Undana memiliki banyak pakar yang kompeten di bidang peternakan, pertanian dan perikanan sehingga menambah daya dukung kemitraan tersebut. “Kami akan membangun laboratorium lahan kering untuk mendukung kerjasama ini,” katanya. (gamaliel/MI)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.