Medah Siap Terapkan e-Government

  • Whatsapp
MEDAH saat mengikuti diskusi meja bundar tentang Pilgub NTT yang digelar Forum Pemuda Kupang Jakarta (FPKJ) di Hotel Ima, Kupang, Senin (23/10).

Kupang–Calon Gubernur NTT Ibrahim Agustinus Medah bertekad menerapkan sistem baru dalam birokrasi ketika ia dipercaya menjadi Gubernur NTT pada pilgub NTT 2018 nanti.

Hal ini disampaikan Medah saat mengikuti diskusi meja bundar tentang Pilgub NTT yang digelar Forum Pemuda Kupang Jakarta (FPKJ) di Hotel Ima, Kupang, Senin (23/10).

Read More

Medah bertekad menerapakn system e-Government, sehingga akan terjadi efisiensi anggaran. Ia juga menjelaskan APBD NTT masih sangat kecil, yakni hanya Rp4 triliun.

Karena itu, tidak bisa dikelola dengan cara-cara konvensional. Harus kreatif dan inovatif.

Agar tidak ada penyimpangan, maka perlu pengawasan mulai dari perencanaan sampai operasionalnya. Oleh karena itu, Iban Medah bertekad menerapkan e-Government.

Dengan demikian, APBD NTT akan terbuka dan bisa diakses masyarakat mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Menurutnya, gubernur tidak boleh menjadi one man show. Harus melibatkan masyarakat. Oleh karena itu, dengan e-Government maka masyarakat bisa mengawasi anggaran mulai dari perencanaan, penetapan hingga operasionalnya nanti.

Selain itu, ia juga akan membuat standar operating system (SOP) untuk setiap organisasi perangkat daerah (OPD). Dengan demikian, masyarakat akan tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproses perizinan dan berapa banyak biaya dan sebagainya.

Selain itu, dalam perekrutan pimpinan OPD juga harus dilakukan secara professional. Iban mengatakan ia akan menerapkan system yang dibuat saat menjadi Bupati Kupang selama 10 tahun. Ia melakukan fit and proper test yang melibatkan universitas. Dengan begitu prosesnya independen. “Kita menciptakan budaya birokrasi takut pada masyarakat, sehingga mereka bekerja jujur,” katanya.

Medah menambahkan saat ini jumlah penduduk NTT sudah 5 juta lebih jiwa. Dari jumlah itu terdapat 80 persennya hidup di sektor pertanian. Oleh karena itu, jika NTT dikatakan miskin, artinya penyumbang kemiskinan terbesar adalah dari sektor pertanian.

Penyebab persoalan ini, yakni para petani NTT hanya berharap pada hujan. Tidak ada ketersediaan air yang cukup. Tak heran selalu terjadi gagal tanam dan gagal panen. “Dua minggu yang lalu ada berita di Sikka sembilan desa sudah kelaparan sejak Juli. Ini betul menandakan kegagalan kalau hanya mengharapkan hujan,” kata cagub yang disapa Iban ini.

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah membuat air. Dengan demikian para petani bias mengolah lahan mereka. Air juga dibutuhkan di sektor peternakan.

Iban Medah juga mengatakan, salah satu potensi besar yang perlu dikembangkan adalah perikanan, khususnya budidaya ikan di pesisir. Walaupun masyarakat pesisir saat ini gencar budidaya rumput laut. “Panjang pantai NTT 5.000 kilometer. Ini potensi besar tapi budidaya kita masih sebatas pada rumput laut,” katanya.

Ia mengatakan, ketiga sector ini tidak kembangkan maka sampai kapanpun NTT tetap miskin, karena 80 persen masyarakatnya berada di sektor ini.  Terkait pariwisata, Iban menjelaskan pariwisata ini digerakkan oleh tiga subsector tadi sehingga pertanian tetap menjadi gerbong pembangunan. (*)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.