Letusan Hobal 1979, Ratusan Tewas karena Gubernur Abaikan Peringatan Wartawan

  • Whatsapp

HOBAL, gunung api bawah laut di Kecamatan Atadei, bagian selatan Kabupaten Lembata,  Nusa Tenggara Timur, meletus pada Selasa (20/8) pukul 07.13 Wita. Sesuai catatan Pusat Vulkanologi, Mitigasi, Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, ini adalah letusan yang keempat kalinya. Letusan pertama terjadi 1976, 1979, 1983, dan 2013.

Letusan yang menelan banyak korban jiwa terjadi pada 21 Juli 1979. Siapa sangka, sebelum kejadian,  wartawan Sinar Harapan Peter Rohi lewat tulisannya sempat memberikan peringatan bahwa Waiteba, ibu kota Kecamatan Atadei bakal tenggelam jika Hobal meletus.

Saat itu Peter menyaksikan banyak bangkai ikan termasuk hiu berserakan di pesisir pantai yang diduga mati karena hawa panas Gunung Hobal. Sayang, peringatan itu ternyata tidak digubris. Gubernur Nusa Tenggara Timur Ben Mboi bahkan ia menemui warga hanya untuk minta mereka mengabaikan tulisan wartawan tersebut. “Bapak-bapak dan ibu-ibu tenang saja dan bekerja saja seperti biasa, itu cuma tulisan wartawan,” kata Peter meniru ucapan gubernur ketika itu.

Tetapi apa yang terjadi beberapa hari kemudian, Hobal meletus dan  memicu tsunami setinggi 50 meter menyapu seluruh pesisir pantai. Kota Waiteba pun jatuh ke dasar laut. Pemprov NTT mencatat musibah itu mengakibatkan 539 orang tewas dan 364 orang hilang, dan 470 orang lainnya menderita.

Peringatan akan meletusnya Hobal ketika itu ia peroleh dari seorang pejabat di Flores Timur yang mengatakan sudah ada tanda-tanda gunung itu akan meletus, kemudian keterangan dari seorang saudaranya yang bekerja di PVMBG Bandung. “Tanpa pikir panjang, saya sewa perahu layar dari Larantuka ke Lembata,” katanya.

Tiba di sana, Peter berjalan kaki hingga Lewoleba, ibu kota Lembata dan menginap selama satu malam di sana. Keesokan harinya, ia ditemani seorang warga melanjutkan perjalanan ke Waiteba melewati medan yang cukup berat dan tiba pada tengah malam. Keesokan harinya saat ia memotret Kota Waiteba dari ketinggian, tiba-tiba terjadi gempa, dan bukit yang ia pijak runtuh. “Saya terguling di antara bongkahan batu dan selamat, tujuan saya di depan ada berita besar, ada nyawa-nyawa yang perlu diselamatkan,” kata Peter.

Sementara itu Jonathan Lassa dari Institute of NTT Studies menulis bahwa saat terjadi tsunami, air mengenangi hampir seluruh permukaan teluk yang memilik panjang 12 kilometer dengan lebar 500-600 meter tersebut.Ketinggian sampah yang tersangkut pada pohon Lontar sekitar tujuh meter.

Berbagai sumber seperti disebutkan dalam tulisan itu menyebutkan saat kejadian, terjadi tiga kali hempasan tsunami yang diikuti oleh longsoran. Sejak itu moncong Gunung Hobal menghilang ke dalam laut. Sampai sekarang Hobal tetap sebagai gunung api bawah laut (sub-marine volcano). (Sumber: Metrotvnews.com/Palce Amalo)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.