Kemilau Batu Cermin dari Labuan Bajo

  • Whatsapp
Gua Batu Cermin/Foto: Liputan6

Di sela-sela liputan Tour de Flores 2016, wartawan lintasntt.com, mampir di Gua Batu Cermin di Labuan Bajo, Manggarai Barat, berikut laporannya…

Labuan Bajo–Sudut Kampung Wae Kesambi, Desa Batu Cermin sore itu tidak terlihat ramai. Dari kejauhan tampak puncak bangunan batu, menjulang sekitar 75 meter.

Read More

Itulah gua yang menjadi salah satu destinasi wisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Keunikan gua ini ialah saat tertentu pengunjung bisa menyaksikan pantulan wajahnya sendiri di dinding gua. Pantulan cahaya itu bisa terjawab jika sudah masuk sampai ke perut gua. Sebuah cahaya akan terlihat masuk melalui celah sempit batu kemudian memantulkan wajah ke dinding.

Di musim hujan, air masuk melalui celah tersebut menimbulkan genangan di dalam gua hingga ketinggian satu meter. Genangan air itu jika terkena sinar matahari, wajah akan terlihat jelas. Itulah yang menyebabkan gua ini diberi nama Gua Batu Cermin.

Jaraknya cuma empat kilometer dari pusat kota. Sekitar 500 meter sebelum mencapai pintu masuk, pengunjung melewati jalanan yang belum beraspal. Setelah membayar karcis masuk sebesar Rp20.000 per orang ditambah jasa pemandu Rp10.000 dan dibekali senter, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 200 meter melewati naungan pepohonan bambu yang melengkung sebelum mencapai mulut gua.

Jalan masuk ke mulut gua berada di bagian kiri. Menaiki tangga dengan ketinggian sekitar 30 meter kemudian turun ke terowongan mulut gua setinggi setengah meter dengan menunduk. Bahkan ada terowongan yang hanya bisa dimasuki satu orang karena sempit dan stalaktit dan stalagmit yang berada di atasnya.

Semakin dalam memasuki gua, cahaya semakin minim dan udara terasa sejuk. Setelah 15 menti melewati berbagai rintangan tersebut, pengunjung akan tiba di perut gua. Di sini bisa menyaksikan fosil penyu yang diyakini berusia ribuan tahun. Fosil ini baru bisa terlihat setelah disinari senter.

Florianus Biduanusa, pamandu dan juga staf hononer di Dinas Pariwisata Manggara Barat menuturkan Gua Batu Cermin ditemukan pada 1951 oleh pastor Belanda bernama Theodore Verhoven. Lewat penelitiannya Verhoven menyimpulkan bahwa gua tersebut pernah berada di dasar laut.

Alasannya batuan di dalam gua ternyata mengandung garam serta adanya fosil penyu tersebut. Selain itu, batuan gua merupakan jenis batu kapur yang bisa ditumbuhi pepohonan. “Gua ini kuat karena dilindungi oleh banyak pohon,” ujarnya. Sayangnya penelitian baru berhenti sampai di situ. Belum ada arkeolog yang meneliti lebih mendalam temuan fosil ini.

Kendati menjadi salah satu tujuan wisata, perawatan obyek wisata ini masih jauh dari harapan. Ini terlihat mulai dari jalan masuk yang masih terdiri dari jalan tanah, tempat parkir, jalan setapak yang kotor dan rumput liar dibiarkan tumbuh di mana-mana. Sekitar 50 meter setelah jalan masuk terlihat bangunan yang merusak pemandangan gua karena tidak terawat, tembok penuh coretan dan nyaris roboh.

Informasi mengenai keselamatan dan kondisi di dalam gua juga nyaris tidak ada kecuali papan penunjuk yang dipajang di bagian kiri pintu masuk. Ini tentu menjadi kendala serius dalam pengembangan lokasi ini. Selain hari libur, gua ini malah nyaris tidak dikunjungi. Sebaliknya pada hari libur pengunjung hanya mencapai maksimal 20an orang.

Padahal gua ini juga menyimpan sejarah yakni pernah menjadi markas pertahanan di masa pendudukan tentara Jepang. Gua Batu Cermin dibuka untuk wisatawan sejak 1986 dan mulai dikenal luas di mancanegara setelah dikunjungi ratusan wisatawan asing pada 1993.

Florianus mengakui daerahnya memang masih harus bekerja keras membenahi obyek wisatanya agar aman dikunjungi wisatawan. Dengan demikian wisatawan yang berkunjung ke sana tidak hanya mampir ke komodo tetapi juga obyek wisata lainnya di daerah itu. (canra liza dewi purba)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.