Ibrahim Medah Gandeng Pertamina Sosialisasikan Kemiri Sunan

  • Whatsapp
Anggota DPD RI Ibrahim Agustinus Medah ketika berdiskusi dengan Kepala Pertamina Wilayah NTT Hardiyanto Tato di kantor Pertamina Wilayah NTT, Jumat 24/4/2015/Foto: Laurens Leba Tukan
Anggota DPD RI Ibrahim Agustinus Medah ketika berdiskusi dengan Kepala
Pertamina Wilayah NTT Hardiyanto Tato di kantor Pertamina Wilayah NTT, Jumat
24/4/2015/Foto: Laurens Leba Tukan

Kupang—Lintasntt.com: Ketua Tim Kerja (Timja) KS 100 (Kemiri Sunan 100 persen) DPD RI Ibrahim Agustinus Medah membangun komitemen dengan Pertamina Wilayah NTT dalam mengembangkan kemiri sunan sebagai bahan dasar pembuatan biodisel atau bahan bakar pengganti solar serta pengembangan bio etanol berbasis lontar sebagai bahan bakar pengganti bensin di NTT.

“Setelah saya ditunjuk sebagai ketua Tim Kerja pengembangan kemiri sunan di se Indonesia, saya ingin memulainya dari NTT dan kami sudah bangun komitmen bersama Gubernur, Bupati serta para masyarakat untuk menanam kemiri sunan dalam skala besar di NTT,” ujar Ibrahim Agustinus Medah ketika berdiskusi dengan pimpian Pertamina Wilayah NTT Hardiyanto Tato, Jumat (24/4/2015) di kantor Pertamina wilayah NTT.

Read More

Ibrahim Medah selain mengajak Pertamina untuk bersama-sama mensosialisakikan kemiri sunan dan bio etanol dari lontar, ia juga ingin mendengar informasi dari Pertamina terkait kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) bagi masyarakat NTT.

Pasalnya, setelah melakukan reses pada periode ini (sampai 20 Mei 2015) pihaknya akan melakukan rapat kerja bersama kementrian terkait diantaranya Menteri Pertanian, Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta Kementrian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM). “Saya ingin mendapatkan informasi dan pengalaman di lapangan tentang penggunaan biodisel dan bio etanol,” katanya.

Kepala Pertamina Wilayah NTT Hardiyanto Tato mengatakan, pemanfaatan bio disel sudah dijalankan sedangkan bio etanol hingga saat ini masih pada tahapan uji coba. Yang menjadi permasalahan, kata Tato, terhitung sejaka bulan Nopember 2014 lalu, harga minyak dan harga bahan dasar (vame) yang menjadi bahan baku bio disel hampir sama.

“Namun, saat harga minyak drop maka harga bahan baku naik. Dan, bahan baku ini tidak disubsidi sehingga ada peluang untuk dijual keluar kepada para pengusaha,” katanya.

Ia menganjurkan agar subsidi tidak hanya untuk kebutuhan BBM tetapi juga subsidi bagi pengusaha bahan baku biodisel. “Itu masalahnya karena akan mereka jual ke luar negeri. Kita selalu uji coba dengan kementrian lain serta pihak-pihak produsen kendaraan yang menjadi pengguna. Disitu diuji ketika menempuh jarak 1.000 km apakah ada perfoma yang berubah menurun atau adakah gangguan pada mesin,” jelasnya.

Tato menyambut baik gagasan dan aksi nyata yang dilakukan Ibrahim Medah dan tim kerjanya di DPD RI untuk mengembangkan bio disel dan bio etanol. Menurutnya, sebagai penyalur, pertamina siap memasarkannya jika sudah ada pengakuan formal dari Dirjen Migas Kementrian ESDM.

“Kalau sudah cocok dan layak untuk digunakan maka akan dikeluarkan peraturan dari Dirjen Migas, kami seperti kantor pos, siap terima barang dan kirim, sedangkan barangnya milik pemerintah yang melalui Dirjen Migas,” ujarnya. Bahkan pihaknya juga
melakukan pengawasan pada kilang dan depo.

Ia juga menyebutkan, kebutuhan bahan bakar minyak khususnya bensin mencapai 21 juta liter per bulan sedangkan solar mencapai 10 juta liter/bulan.

Tato juga mengharapkan adanya alokasi anggaran dari negara baik melalui APBN atau APBD untuk pembangunan depo dan SPBU di kabupaten-kabupaten. “Kalau bangun depo jangan lihat ekonomisnya, tapi dilihat dari aspek manfaatnya dan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, mohon dukungan pemrintah,” katanya.

Pasalnya, dengan ketersediaan minyak hingga ke pelosok maka pembangunan di berbagai aspek akan lancer. “Mesti dilihat bahwa pembangunan depo dan SPBU seperti fasilitas umum lainnya seperti jalan, jembatan dan irigasi,” ujarnya berharap.(lintasntt.com/laurens leba tukan)

 

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.