Gili Trawangan Selalu Bikin Kangen

  • Whatsapp
Ilustrasi: Rombongan Wartawan Ekonomi NTT Berkunjung ke Gili Trawangan/Foto: Gamaliel

Gili Trawangan–Sebanyak 12 wartawan ekonomi dari Kupang, NTT mengikuti Gathering wartawan ekonomi bisnis Bali-Nusa Tenggara di Pulau Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat 4-6 Desember 2015.

Kegitan ini dihadiri Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga, Deputi Kepala Perwakilan Bidang Ekonomi dan Moneter Muhammad Syahrial, dan Humas BI Perwakilan NTT Novan Permana.

Read More

Wartawan Lintasntt.com Ellya Djawas yang mengikuti kagiatan tersebut menurunkan tulisannya mulai hari.

PERJALANAN ke Gili Trawangan ibarat perjuangan. Bayangkan, rute Kupang-Lombok seharusnya bisa ditempuh selama dua jam saja. Karena tidak ada penerbangan Kupang-Lombok, kami mengambil rute memutar melewati Surabaya, Jawa Timur.

Perjalanan udara Kupang-Surabaya hampir dua jam ditambah waktu tunggu di bandara selama dua jam. Roda pesawat Lion Air baru menyentuh landasan Bandara Internasional Lombok pukul 12.35 Wita.

Rasa lelah dan kantuk selama perjalanan tiba-tiba lenyap. Itu gara-gara Edi, pemandu perjalanan di bus wisata yang membuat kami tidak sadar telah menempuh perjalanan selama 1,5 jam menuju Kota Mataram.

Cerita mengenai pembangunan di Kota Mataram, kehidupan sosial masyarakat setempat, dan kondisi infrastruktur jalan sampai gadis-gadis yang mesti diculik jika ingin menikah, selalu mengundang tawa.

“Coba tengok ke kiri, itu bangunan apa? tanya Edi. Ternyata bangunan di bagian kiri itu pompa bensin yang membuat kami tertawa terbahak-bahak.

Ia juga tidak bosan melemparkan pertanyaan sederhana, seperti mengapa orang harus berhenti di lampu merah? Karena tidak ada yang berhasil menjawab secara benar, Edi menyebut dua alasan kendaraan berhenti di lampu merah yaitu karena pengemudinya ingin melihat lampu hijau, dan karena ia menginjak rem.

Setelah berkeliling Kota, kami tiba di rumah makan yang menyuguhkan nuansa alamiah.

Kami berkeliling Kota Mataram sebelum tiba di sebuah restoran dengan nuansa alami pegunungan. Kali ini Edi membuat kami senyum-senyum karena menu yang disajikan di sana beragam, beda dengan cerita Edi tadi yakni menunya nasi, sambal dan kerupuk yang ia sebut menu nusantara.

Perjalanan darat masih satu dua jam lagi dengan bis yang sama menuju pelabuhan, tempat speed boat yang akan menyeberangkan kami ke Pulau Gili Trawangan, pulau di Lombok bagian utara tersebut.

Gerimis turun ketika speed boat tiba di pulau berpasir putih ini. Inilah pulau kecil yang paling banyak di datangi wisatawan asing sehingga tak jarang Gili Trawangan sering dijuluki kampung bule.

Di pulau cantik ini anda bisa berjemur di pantai, berenang, snorkeling, menikmati sunset, naik andong, bersepeda atau berkuda, dan Gili Trawangan selalu bikin kangen. (gma/ellya djawas/bersambung…)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.