Ferdi Tanoni: Pemerintah Australia Tidak Tahu Rasa Malu Orang Timor

  • Whatsapp
Administrator (Wakil Ratu Kerajaan Inggris Raya) untuk Negara bagian Australia Utara,John Hardy (kiri) menerima kunjungan kehormatan Ketua Tim Advokasi rakyat korban pencemaran Laut Timor,Ferdi Tanoni (kanan) di Darwin/Dok. Ferdi Tanoni

Kupang–Pemerintah Australia seharusnya merasa malu terhadap masyarakat di Timor Barat,Rote Ndao dan Sabu karena banyak sekali mereka berhutang budi bukan saja soal kebaikan kami membantu mereka akan tetapi lebih dari pada itu darah kami juga ditumpahkan demi sebuah kesetiaan dalam persahabatan.

Hal ini pada waktu perang dunia II tahun 1942 dalam peperangan di Timor yang dikenal dengan “Battle of Timor”.

Simak saja catatan sejarah Australia tentang “Batle of Timor” (Perang Timor) antara pasukan sekutu pimpinan Australia tahun 1941 dan pasuka Jepang, sekitar 30.000-70.000 orang Timor yang mati serta banyak isteri-isteri orang Timor diperkosa karena kesetiaan mereka membela pasukan Australia.

Guna menahan lajunya pasukan Jepang menginvasi Australia Utara (Darwin),maka Lapangan udara Penfui, Kupang diberikan orang Timor untuk dijadikan sebagai zona penyanggah.

Hal ini disampaikan,Ketua Tim Advokasi Rakyat Korban Pencemaran Laut Timor, Ferdi Tanoni kepada wartawan di Kupang,Senin (28/05).

Tanoni yang juga mantan agen Imigrasi Australia untuk Wilayah Indonesia Timur itu melanjutkan,”Selain itu,njauh sebelum itu Bapak Bangsa Australia James Cook pada tahun 1770 dengan kapal Endeavour nya yang sudah robek2 layarnya yang berlayar beberapa bulan dari Papua New Guinea dalam keadaan putus asa berharap hampir sia2 akan memperoleh pertolongan. Persiapan makanan pun sudah hampir habis.

Anak buah kapal banyak yang menderita sakit karena kurang gizi itu ditolong Raja Sabu Ama Doko Lomi Djara karena pertimbangan kemanusiaan. Dalam memorinya James Cook bahwa mereka dijamu “Makanan yang disajikan sangat lezat dengan kaldu yang lezat juga,”.

Ketika James Cook hendak mengangkat jangkarnya nya dari Pulau Sabu,Raja Sabu yang baik hati itu mengisi kapal Endeavour dengan 9 ekor kerbau, 6 ekor domba, 3 ekor babi, 30 pasang unggas, jeruk, kelapa, telur, bawang putih, serta ratusan galon gula cair,kata Tanoni mengisahkan sejarah.

Tanoni menambahkan,banyak catatan sejarah lain lagi misalnya catatan Kapten William Bligh pada 1789, yang menyinggahi Kupang dan mendapatkan pertolongan menggambarkan,”berkat pertolongan Tuhan,kami berhasil mengatasi kesulitan dan derita selama pelayaran yang paling berisiko ini”.

“Kami berhasil mendarat dengan selamat di sebuah pelabuhan yang bersahabat, di mana segala kebutuhan dan kenyamanan telah disediakan karena perhatian dan kemurahan para bangsawan dan masyarakat di Kupang,” katanya.

Penulis Buku Skandal Laut Timor,Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta,ini mengatakan,”namun demikian pelakuan Pemerintah Australia terhadap kami orang Timor,RoteNdao dan Sabu sangat bertolak belakang yakni wilayah Laut Timor yang sangat kaya akan sumber daya alam dicaplok secara sepihak oleh Australia seluas 85 % hanya untuk menguras kekayaan kami”.

”Sudah begitu ribuan nelayan tradisional kami diusir dan ditangkap kemudian dipenjarakan dengan dalil yang sama sekali tidak berdasar”. “Padahal jauh sebelum Australia menjadi sebuah Negara,para nelayan kita secara turun temurun lebih kurang 500 tahun telah menjadikan kawasan Laut Timor itu sebagai rumah kedua mereka untuk mencari nafkah”.

 Australia War Memorial yang terletak di Kupang merupakan saksi bisu dari "Batle of Timor" (Perang Timor) 1942

Australia War Memorial yang terletak di Kupang merupakan saksi bisu dari “Batle of Timor” (Perang Timor) 1942

”Lebih celaka lagi pengusiran dan penangkapan Australia terhadap para nelayan tradisional itu dilakukan secara illegal dikarenakan Perjanjian batas Perairan RI-Australia yang ada di kawasan itu belum sah.

Namun secara sepihak Australia menggunakan nya untuk memberangus para nelayan kita hanya untuk menguasai kawasan yang kaya itu”.

Tanoni yang selama 9 tahun mewakili rakyat korban pencemaran Laut Timor terus berjuang tanpa lelah untuk mendapatkan keadilan ini menegaskan bahwa Australia menutupi kasus pencematan Laut Timor tahun 2009 yang maha dahsyat itu setelah meracuni laut Timor dengan bubuk kimia sangat beracun serta melindungi dan menyembunyikan 3 korporasi pencemar laut Timor agar bersama melarikan diri dari tanggung jawab mereka.

“Lebih seratus ribu masyarakat miskin di Pesisir NTT yang tersebar di sekurangya 13 Kabupaten dan Kota kehilangan mata pencahaarian tetapnya yakni para petani rumput laut dan nelayan”.

“Belum lagi banyak masyarakat pesisir yang mengidap penyakit aneh hingga membawa kematian akibat racun bubuk kimia itu dan tumpahan minyak. Puluhan ribu hektar terumbu karang dan padang lamun hancur akibat dari tragedy petaka tumpahan minyak Montara yang mencemarai laut Timor”, demikian Ferdi Tanoni. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.