Eliminasi Malaria jadi Investasi Penting Pariwisata Sumba

  • Whatsapp
WISATA DANAU WEEKURI--Wisatawan berada di obyek wisata Danau Weekuri di Desa Kalenarogo, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (14/6). Pengembangan pariwisata di Pulau Sumba dapat berjalan maksimal jika pemerintah kabupaten memiliki komitmen yang sama mengeliminasi malaria./Foto: lintasntt.com

Kupang–Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) Wayan Darmawa menyebutkan pengembangan pariwisata di Pulau Sumba dapat berjalan maksimal jika pemerintah kabupaten memiliki komitmen yang sama mengeliminasi malaria.

Pasalnya dari 22 kabupaten dan kota di NTT, masih empat kabupaten di Sumba yang tercatata sebagai daerah endemis malaria tinggi yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.

Daerah endemis tinggi malaria memiliki jumlah kasus positif malaria per 1.000 penduduk per tahun (Annual Parasite Incidence/API) lebih dari 5 persen, sehingga potensi wisatawan terkena gigitan nyamuk malaria sangat terbuka. “Harus ada gerakan massal mengeliminasi malaria dari pemerintah empat kabupaten di Sumba. Sebetulnya masyarakat bersedia asalkan digerakan secara serentak oleh bupati,” Wayan Darmawa di Kupang, Jumat (14/6).

Selain malaria, masih ada persoalan yang perlu dibenahi seperti penanganan pencurian ternak, ketertiban lokal, pemalakan, dan kebersihan. “Ada tantangan besar yang dihadapi Sumba, padahal faktanya destinasi wisata di sana hebat,” tambah Wayan.

Tantangan berat lainnya hampir 70 persen kendaraan bermotor di sana tidak memiliki plat, dan banyak pengendara tidak mengenakan helem untuk melindungi kepala jika terjadi kecelakaan. Bagi Wayan, kondisi itu mengisyaratkan tidak ada ketaatan terhadap polisi dan pajak di Sumba.

“Itu bagian dari ketidakaturan secara sosial. Bayangkan kalau wisatawan yang sewa sepeda motor yang tidak ada nomor platnya,” ujar Dia.

Weekuri, Sumba Barat Daya/Foto" lintasntt.com
Weekuri, Sumba Barat Daya/Foto: lintasntt.com

Persoalan seperti itu bagi Wayan, mesti dibenahi oleh pemerintah daerah, sebagai bagian dari membangun kesadaran masyarakat tentang pariwisata.

Selain itu, persoalan kebersihan juga masih menjadi tantangan di Sumba. “Ada rumah yang masih bergabung dengan ternak,” kata Wayan.

Namun persoalan itu belum bisa diatasi lantaran pencurian ternak di Sumba masih terus berlangsung sampai saat ini. Menurut Dia, belum lama ini, digelar diskusi antara Dinas Pariwisata NTT bersama tokoh masyarakat di Sumba yang hasilnya antara lain menyebutkan persoalan pencurian ternak bukan kultur masyarakat setempat.

Kendati begitu, belum ada cara untuk memisahkan ternak piaraan dari rumah masyarakat. “Orang melakukan pencurian karena masalah ekonomi,” tandasnya. Menurut Dia, saat ini pariwisata Sumba mulai berkembang, karena itu seluruh bupati harus membangun komitmen yang sama menuntaskan persoalan tersebut. (sumber: mi/palce amalo)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.