Kupang–Antusiasme warga menyambut gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 di berbagai daerah terlihat sejak satu bulan terakhir.
Fenomena langka ini akan terulang 30 tahun mendatang. Daerah-daerah di Sumatera dan Kalimantan mulai didatangi wisatawan, wartawan dan peneliti dari berbagai negara.
Di antaranya Lembaga Penelitian Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration /NASA) akan memusatkan penelitian GMT di Halmahera, Maluku Utara.
Daerah-daerah tersebut juga menggelar atraksi seni dan budaya menyambut wisatawan serta pembuatan kacamata matahari terbesar yang yang dikerjakan Komunitas astronomi ‘Imah Noong’ di Bandung.
Di Sumatera Barat, BMKG membagikan kacamata khusus gerhana kepada warga.
Namun kondisi berbeda terjadi di Nusa Tenggara Timur. Sampai Sabtu (5/3) gerhana tersisa empat hari lagi, namun tidak terlihat aktivitas yang dilakukan pemerintah daerah, universitas, sekolah maupun perkumpulan peneliti.
Wali Kota Kupang Jonas Salean malah mengatakan warga Kota Kupang menganggap gerhana matahari fenomena biasa. “Masyarakat di sini kan menganggap gerhana matahari itu biasa,” kata Jonas kepada lintasntt.com.
Jonas mengatakan Dinas Pariwisata juga tidak memiliki persiapan menyambut gerhana matahari.
Begitu pula dinas pendidikan pemuda dan olahraga dan dinas kesehatan. “Tidak ada persiapan khusus menyambut gerhana matahari,” ujarnya. Seperti diberitakan, seluruh kabupaten di NTT akan dilewati gerhana matahari sampai 70 persen selama 2 jam 26 menit. (gma)
