Bupati Belu Angkut 5.000 Bibit Ubi Ungu dari Kebun Medah

  • Whatsapp
Ilustrasi: Bupati Belu, Willy Lay bersama Senator Drs. Ibrahim Agustinus Medah di Kebun Pusat Pembibitan Ubi Ungu di Noelbaki, Kabupaten Kupang, Kamis (26/5/2016)/Foto: Lorens Lebatukan

Kupang–Bupati Belu Willy Lay langsung merespons dengan cepat program yang sedang dicanangkan oleh Senator/Anggota DPD RI Drs. Ibrahim Agustinus Medah yaitu pengembangan ubi ungu.

Pada Kamis (26/5/2016) Willy Lay bersama sejumlah staf Setda Kabupaten Belu mendatangi pusat pembibitan ubi ungu milik Senator Ibrahim Agutstinus Medah di Noelbaki, Kabupaten Kupang.

Read More

Pada kesempatan itu Bupati Belu mengangkut 5000 bibit ubi ungu dan selanjutnya dibagikan kepada masyarakat Kabupaten Belu untuk dikembangkan.

“Saya atas nama masyarakat Kabupaten Belu mengucapkan terimakasih kepada Bapak Medah yang telah memberikan kami 5000 anakan ubi ungu secara gratis. Kami akan kembangkan di seluruh wilayah Kabupaten Belu,” ujar bupati Willy Lay.

Dia mengaku optimis apa yang dicanangkan ini membawa manfaat besar bagi masyarakat karena setiap gagasan yang dilakukan oleh Senator Ibrahim Agustinus Medah selalu berhasil dan memberi manfaat bagi masyarakat.

“Kita lihat rumput laut yang dikembangkan secara besar-besaran oleh Bapak Medah dengan masyarakat yang hasilnya sampai sekarang membawa keuntungan besar bagi masyarakat, sehingga saya yakin ubi ungu ini juga pasti berhasil,” katanya.

Dikatakan Willy Lay, masyarakat kabupaten Belu ketika mendapatkan informasi tentang manfaat dan prospek ekonomis dari ubi ungu yang digagas oleh Senator Ibrahim Agustinus Medah sangat antusias. “Bahkan masyarakat sudah menyiapkan hampir satu juta lubang untuk penanaman bibit ubi ungu,” katanya.

Willy Lay berjanji akan mengerahkan dinas teknis dan semua elemen terkait di Kabupaten Belu untuk mengembangkan 5000 bibit ubi ungu itu agar bisa menjangkau seluruh masyarakat.

Senator Drs. Ibrahim Agustinus Medah pada kesempatan itu mengaku kagum dengan semangat yang ditunjukan oleh Bupati Belu yang dengan cepat merespons program yang digagasnya.

“Saya suka dengan semangat Pak Bupati yang dengan cepat datang langsung di kebun kita dan membawa sendiri bibit-bibit ubi ungu ini. Kita akan terus memberikan pendampingan agar semua tahapan mulai pengembangan bibit, perawatan, dan panen serta pasca panen dapat kita pantau,” katanya.

Medah mengatakan, masyarakat NTT harus terus diberi motifasi agar menanam ubi ungu sebanyak-banyaknya untuk mengantisipasi terjadinya rawan pangan yang selalu melanda NTT akibat kekeringan. Tanaman ubi ungu ini kata dia, tidak banyak membutuhkan air dan sangat cocok dengan kondisi alam NTT, yang curah hujannya sangat sedikit.

Pihaknya sedang menyiapkan 50 juta anakan bibit ubi ungu untuk dibagikan secara gratis kepada seluruh masyarakat NTT. “Teknis penanamannya, masyarakat siapkan lubang penanaman dengan diameter 30 centimeter, kedalaman 40 centimeter dan jarak antara lubang 30 centimeter dari titik tengah lubang. Setelah lubang disiapkan, segera hubungi tim kami yang sudah kami siapkan di semua kabupaten dan kecamatan untuk melihat langsung dan mendata lubang yang disapkan untuk selanjutnya kita datangkan bibitnya.

Ubi ungu ini tidak membutuhkan air yang banyak, bahkan air limbah dari kamar mandi dan dapur juga bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman ini. Penyiramnnya dilakukan tiga hari sekali,” katanya.

Dijelaskannya, usia tanam ubi ungu ini selama empat bulan sehingga dalam setahun bisa dilakukan penanaman selama tiga kali dalm lubang yang sama. “Jika menggunakan metode penanaman yang benar dan tepat maka dalam satu pohon bisa menghasilkan ubi dengan berat mencapai 3-5 kilo gram. Ini bukan sekedar omong-omong saja tetapi sudah berhasil dilakukan di sejumlah wilayah di kabupaten TTS dan di Pulau Semau,” katanya

Mantan Ketua DPRD NTT dan Bupati Kupang dua periode itu mengatakan, jika hasil ubi ungu ini mengalami over produksi dari masyarakat setelah dikonsumsi sebagai alternatif bahan makanan, ia menyarankan untuk dijadikan pakan ternak. “Jika untuk pakan ternak juga masih ada sisa maka dijual di pasar. Tetapi toh masih juga ada lebih dan tidak terjual di pasar, maka seluruh ubi yang dihasilakan masyarakat NTT akan dibelinya,” kata Medah optimis. laurens leba tukan

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.