Bung Sila, Menawarkan Politik untuk Kemanusiaan

  • Whatsapp
Bung Sila/Foto: Lintasntt.com

 

Kupang–Liberius Langsinus, 32, bersama tim penghubung masuk ruangan, tempat penyerahan dokumen persyaratan bakal calon anggota dewan perwakilan daerah (DPD) 2019 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Timur, Rabu (25/4) siang.

Read More

Tidak seperti bakal calon anggota DPD lainnya yang datang dengan pakaian resmi. Liberius mengenakan jaket yang warnanya mulai memudar. Pada lengan kanan terdapat lambang Burung Garuda, dan di bagian dada kanan ada tulisan ‘Bung Sila’.

“Saya keliling Indonesia untuk membuktikan Pancasila itu sakti atau tidak. Sampai di Pelembang, nama saya ini diganti menjadi Bung Sila,” katanya saat ditanya wartawan. Pria yang lahir di Kloangpopot, Kabupaten Sikka pada 2 Desember 1975 itu pernah mengelilingi Indonesia mengunakan sepeda motor pada 2011-2012.

Nama Bung Sila diberikan oleh warga Palembang untuk Liberius karena berjibaku keliling Indonesia membumikan Pancasila Sakti.

Perjalanan mengeliling Indonesia itu bukan untuk berwisata, melainkan mengajarkan tentang kesaktian Pancasila kepada siswa di sekolah, warga di pedalaman, hingga rumah-rumah ibadah. “Saya mengemban misi Pancasila,” kata anggota Komando Brigade Pancasila Sakti tersebut.

Saat mengelilingi Indonesia, Bung Sila hanya membawa uang Rp400 ribu. Karena misinya tersebut, ia ditolong warga dengan memberinya tempat untuk tidur, dan makan.

“Pernah saya kelelahan dan tidur di samping sepeda motor di jalan, kemudian ada warga yang datang membawa saya ke rumah dan diberi makan,” ujarnya.

Sepeda motor yang ia kendarai saat keliling Indonesia, kini disimpan di sebuah Museum Garuda, Yogjakarta.

Misi Pancasila Sakti yang dilakukan Bung Sila untuk membangkitkan nasionalisme dan internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila kepada generasi bangsa. Menurutnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kian suram dan terancam. Hal itu disebabkan gempuran ideologi global serta banyak pejabat negara tidak menjiwai nilai-nilai Pancasila.

“Sebagai anak bangsa, saya terpanggil untuk mengelorakan semanga jiwa pancasila, nasionalisme dan patriotisme demi persatuan Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya.

Bung Sila pernah menggalang aksi solidaritas korban bencana di sejumlah daerah seperti gempa bumi di Pidie, Aceh, serta bencana banjir di Bima dan Garut, Jawa Barat ini kemudian memilih maju sebagai calon anggota DPD asal Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur.

Dia memilih jalur DPD, Dia bisa memperjuangkan kepentingan rakyat yang lebih luas, dengan menawarkan politik untuk kemanusiaan.”Saya menyadari perjuangan menyuarakan aspirasi rakyat belum maksimal, dan negara sudah menyiapkan instrumen yakni DPD untuk memperjuangkan kepentingan rakyat,” kata Dia.

Keputusan maju anggota DPD karena ia banyak mencatat keluhan masyarakat selama berkeliling Nusantara. Dia menawarkan gagasan politik untuk kemanusiaan sebagai alternatif memperkuat partisipasi anggota DPD sehingga mampu menerobos regulasi dan politik dalam memaksimalkan fungsi dan peran anggota DPD tersebut.

Bagi Dia, politik untuk kemanusiaan sebagai investasi dari nilia-nilai luhur pancasila. Karena itu, dengan memahami nilai-nilai kemanusiaan, orang akan sadar bahwa pemegang kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, bukan partai politik, penguasa, dan politisi.

“Ketika kita berjuang tentang kepentingan daerah, kita juga berjuang tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tandasnya.

Dia yakin pendekatan politik untuk kemanusiaan dapat membuka dan mencairkan sekat-sekat ego politik dalam pola hubungan dan kerjasama antar pusat dan daerah.

“Kepedulian dalam memperjuangkan kepentingan rakyat menjadi kesadaran kolektif bagi warga negara untuk bertanggungjawab melindungi seluruh rakyat Indonesia,” kata Bung Sila yang datang ke kantor KPU mengendarai sepeda motor tersebut. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.